MAKNA MINGGU PALMA : Dalam Injil, kata "daun-daun palem" hanya dikatakan dalam Injil Yohanes (12:13). Injil-injil lain sama sekali tidak menyebut "daun-daun palem". Injil Matius menyebut "ranting-ranting dari pohon-pohon" (Mat 21:8), Injil Markus menyebut "ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang" (Mrk 11:8), dan Injil Lukas sama sekali tidak menyebut ranting. Tetapi ketiga Injil tersebut menyebutkan tentang "menghamparkan pakaian". Dari Injil Yohanes inilah lahir nama Minggu Palma.
Nama Minggu Palma digunakan karena menunjukkan makna peristiwa yang terjadi pada saat Yesus dielu-elukan di Yerusalem. Dalam tradisi Yahudi, daun-daun palem merupakan lambang kemenangan (Why 7:9; bdk Im 23:40). Menghamparkan daun palem (dan ranting serta pakaian) di jalan Yesus melambangkan harapan masyarakat Israel waktu itu bahwa Yesus akan menjadi Mesias bangsa Israel yang membawa kemenangan dan pembebasan. Pandangan atas Yesus ini sesuai dengan Za 9:9, yang menafsirkan kedatangan Mesias sebagai Raja dengan menunggang keledai dan membawa damai dan kemenangan. Tanda profetis Yesus sebagai Mesias ini ditunjukkan oleh penggunaan daun palem dan fakta bahwa Yesus, setelah tiba di Yerusalem, langsung mengunjungi Bait Allah. Palem dan kunjungan Bait Allah digambarkan juga dalam 1 Mak 13:51. Karena itulah, orang banyak melontarkan seruan mesianis kepada Yesus : "Diberkatilah Dia yang datang atas nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" (Mat 21:9; bdk Mzm 118:26). Perlu diketahui juga bahwa harapan banyak orang Yahudi tersebut lebih bersifat politis dan militer. Jadi, peristiwa Minggu Palma ini menunjukkan harapan banyak orang di Yerusalem bahwa Yesus akan memimpin kebangkitan bangsa dan membawa kepada pembebasan politis dan militer. Mereka mengelu-elukan dan mencintai Yesus karena apa yang mereka harapkan dari Yesus, bukan karena menerima Yesus apa adanya dan mendengarkan serta menerima ajaran-Nya. Mereka tidak mengerti misi Yesus dan memaksakan pengertian dan harapan mereka sendiri kepada Yesus. Oleh karena itu sebenarnya Yesus sudah menyampaikan pesan-Nya kepada orang banyak di Yerusalem itu, yaitu dengan menunggang keledai (Za 9:9). Dalam tradisi Timur, keledai dipandang sebagai binatang damai, yang dilawankan dengan kuda sebagai binatang perang. Maka dikatakan bahwa raja yang datang dengan menunggang kuda ketika dia berangkat ke medan perang. Sedangkan raja menunggang keledai ketika ia ingin menunjukkan bahwa ia datang membawa damai. Jadi, kedatangan Yesus yang menunggang keledai jelas-jelas menunjukkan pesan perdamaian. Ajaran perdamaian ini sangat kuat dalam seluruh ajaran Yesus. Namun ajaran Yesus ini jelas tidak ditangkap oleh orang banyak di Yerusalem. (PS)
Nama Minggu Palma digunakan karena menunjukkan makna peristiwa yang terjadi pada saat Yesus dielu-elukan di Yerusalem. Dalam tradisi Yahudi, daun-daun palem merupakan lambang kemenangan (Why 7:9; bdk Im 23:40). Menghamparkan daun palem (dan ranting serta pakaian) di jalan Yesus melambangkan harapan masyarakat Israel waktu itu bahwa Yesus akan menjadi Mesias bangsa Israel yang membawa kemenangan dan pembebasan. Pandangan atas Yesus ini sesuai dengan Za 9:9, yang menafsirkan kedatangan Mesias sebagai Raja dengan menunggang keledai dan membawa damai dan kemenangan. Tanda profetis Yesus sebagai Mesias ini ditunjukkan oleh penggunaan daun palem dan fakta bahwa Yesus, setelah tiba di Yerusalem, langsung mengunjungi Bait Allah. Palem dan kunjungan Bait Allah digambarkan juga dalam 1 Mak 13:51. Karena itulah, orang banyak melontarkan seruan mesianis kepada Yesus : "Diberkatilah Dia yang datang atas nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" (Mat 21:9; bdk Mzm 118:26). Perlu diketahui juga bahwa harapan banyak orang Yahudi tersebut lebih bersifat politis dan militer. Jadi, peristiwa Minggu Palma ini menunjukkan harapan banyak orang di Yerusalem bahwa Yesus akan memimpin kebangkitan bangsa dan membawa kepada pembebasan politis dan militer. Mereka mengelu-elukan dan mencintai Yesus karena apa yang mereka harapkan dari Yesus, bukan karena menerima Yesus apa adanya dan mendengarkan serta menerima ajaran-Nya. Mereka tidak mengerti misi Yesus dan memaksakan pengertian dan harapan mereka sendiri kepada Yesus. Oleh karena itu sebenarnya Yesus sudah menyampaikan pesan-Nya kepada orang banyak di Yerusalem itu, yaitu dengan menunggang keledai (Za 9:9). Dalam tradisi Timur, keledai dipandang sebagai binatang damai, yang dilawankan dengan kuda sebagai binatang perang. Maka dikatakan bahwa raja yang datang dengan menunggang kuda ketika dia berangkat ke medan perang. Sedangkan raja menunggang keledai ketika ia ingin menunjukkan bahwa ia datang membawa damai. Jadi, kedatangan Yesus yang menunggang keledai jelas-jelas menunjukkan pesan perdamaian. Ajaran perdamaian ini sangat kuat dalam seluruh ajaran Yesus. Namun ajaran Yesus ini jelas tidak ditangkap oleh orang banyak di Yerusalem. (PS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar