Jumat, 12 Mei 2017

100 Tahun Penampakan Bunda Maria di Fatima

Santa Perawan Maria dari Fatima



_____________________________________________

Fatima adalah sebuah kota kecil sebelah utara kota Lisbon di Portugal. Pada tahun 1917 Bunda Maria menampakkan diri di Fatima kepada tiga orang anak gembala. Mereka adalah Lucia dos Santos berumur 10 tahun, sepupunya bernama Fransisco Marto berumur 9 tahun dan Jacinta Marto berumur 7 tahun.

Penampakan Maria didahului tiga penampakan Malaikat setahun sebelumnya yang mempersiapkan anak-anak ini untuk penampakan Bunda Maria. Malaikat mengajarkan kepada anak-anak, dua doa penyilihan yang harus didoakan dengan hormat yang besar. Pada penampakan terakhir di musim gugur 1916, Malaikat memegang sebuah piala. Ke dalam piala ini meneteslah darah dari sebuah Hosti yang tergantung di atasnya. Malaikat memberi ketiga anak itu Hosti sebagai Komuni Pertama mereka dari piala itu. Anak-anak tidak menceritakan penampakan ini kepada orang lain. Mereka melewatkan waktu yang lama dalam doa dan keheningan.

Lucia, Fransisco, Yacinta


13 Mei 1917 

Pesta Bunda Maria dari Sakramen Mahakudus. Ketiga anak itu sedang menggembalakan ternaknya di Cova da Iria, sebuah padang alam yang amat luas, kira-kira satu mil dari desa mereka. Tiba-tiba mereka melihat sebuah kilatan cahaya dan setelah kilatan yang kedua, muncul seorang perempuan yang amat cantik. Pakaiannya putih berkilauan. Perempuan yang bersinar bagaikan matahari itu berdiri di atas sebuah pohon oak kecil dan menyapa anak-anak:

"Janganlah takut, aku tidak akan menyusahkan kalian. Aku datang dari surga. Allah mengutus aku kepada kalian. Bersediakah kalian membawa setiap korban dan derita yang akan dikirim Allah kepada kalian sebagai silih atas banyak dosa -sebab besarlah penghinaan terhadap yang Mahakuasa- bagi pertobatan orang berdosa dan bagi pemulihan atas hujatan serta segala penghinaan lain yang dilontarkan kepada Hati Maria yang Tak Bernoda?"

"Ya, kami mau," jawab Lucia mewakili ketiganya. Dalam setiap penampakan, hanya Lucia saja yang berbicara kepada Bunda Maria. Jacinta dapat melihat dan mendengarnya, tetapi Fransisco hanya dapat melihatnya saja.

Perempuan itu juga meminta anak-anak untuk datang ke Cova setiap tanggal 13 selama 6 bulan berturut-turut dan berdoa rosario setiap hari.


13 Juni 1917

Ketiga anak itu pergi ke Cova, pada kesempatan itu Bunda Maria mengatakan bahwa ia akan segera membawa Jacinta dan Fransisco ke surga. Sedangkan Lucia diminta tetap tinggal untuk memulai devosi kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda. Ketika mengucapkan kata-kata ini, muncullah dari kedua tangan Maria sebuah cahaya. Di telapak tangan kanannya nampak sebuah hati yang dilingkari duri, Hati Maria Yang Tak Bernoda yang terhina oleh dosa manusia.

"Yesus ingin agar dunia memberikan penghormatan kepada Hatiku yang Tak Bernoda. Siapa yang mempraktekkannya, kujanjikan keselamatan. Jiwa-jiwa ini lebih disukai Tuhan, dan sebagai bunga-bunga akan kubawa ke hadapan takhta-Nya."

"Janganlah padam keberanianmu. Aku tidak akan membiarkan kalian. Hatiku yang Tak Bernoda ini akan menjadi perlindungan dalam perjalananmu menuju Tuhan." 


13 Juli 1917

"Berkurbanlah untuk orang berdosa. Tetapi teristimewa bila kalian membawa suatu persembahan, ucapkanlah seringkali doa ini: Ya Yesus, aku mempersembahkannya karena cintaku kepada-Mu dan bagi pertobatan orang-orang berdosa serta bagi pemulihan atas segala penghinaan yang diderita Hati Maria yang Tak Bernoda."

Kemudian Bunda Maria memperlihatkan neraka yang sangat mengerikan. Begitu ngeri sampai anak-anak itu gemetar ketakutan.

"Bila kelak, pada suatu malam kalian melihat suatu terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa itu adalah 'Tanda' dari Tuhan untuk menghukum dunia, karena banyaklah kejahatan yang telah kalian lakukan. Akan terjadi peperangan, kelaparan dan penganiayaan terhadap Gereja dan Bapa Suci."

"Untuk menghindari hal itu, aku mohon, persembahkanlah negara Rusia kepada Hatiku yang Tak Bernoda serta komuni pemulihan pada Sabtu pertama setiap bulan."

"Bila kalian berdoa Rosario, ucapkanlah pada akhir setiap peristiwa:
Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami. Selamatkanlah kami dari api neraka dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga, teristimewa jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu. Amin."


13 Agustus 1917 

Pada tanggal itu, anak-anak tidak bisa datang ke Cova karena mereka semua digiring ke pengadilan oleh penguasa daerah setempat. Mereka diancam akan dimasukkan ke dalam minyak panas. Anak-anak dijebloskan ke dalam penjara selama 2 hari. Pada tanggal 19 Agustus Bunda Maria menampakkan diri pada saat anak-anak sedang menggembalakan ternak mereka di Valinhos.

"Berdoalah, berdoalah dan bawalah banyak korban bagi orang berdosa. Sebab betapa banyak yang masuk api neraka karena tidak ada yang berdoa dan berkorban bagi mereka."


13 September 1917 

Bunda Maria mendesak lagi tentang betapa pentingnya doa dan kurban. Ia juga berjanji akan datang bersama St. Yusuf dan Kanak-kanak Yesus pada bulan Oktober nanti.

"Dalam bulan Oktober aku akan membuat suatu tanda heran, agar semua orang percaya."


13 Oktober 1917 

Bersama anak-anak, sekitar 70.000 orang datang ke Cova untuk menyaksikan mukjizat yang dijanjikan Bunda Maria. Pagi itu hujan deras turun seperti dicurahkan dari langit. Ladang-ladang tergenang air dan semua orang basah kuyub. Menjelang siang, Lucia berteriak agar orang banyak menutup payung-payung mereka karena Bunda Maria datang.

Lucia mengulangi pertanyaannya pada penampakan terakhir ini, "Siapakah engkau dan apakah yang kau kehendaki daripadaku?" Bunda Maria menjawab bahwa dialah Ratu Rosario dan ia ingin agar di tempat tersebut didirikan sebuah kapel untuk menghormatinya. Ia berpesan lagi untuk keenam kalinya bahwa orang harus mulai berdoa Rosario setiap hari.

"Manusia harus memperbaiki kelakuannya serta memohon ampun atas dosa-dosanya."

Kemudian dengan wajah yang amat sedih Bunda Maria berbicara dengan suara yang mengiba:

"MEREKA TIDAK BOLEH LAGI MENGHINA TUHAN YANG SUDAH BEGITU BANYAK KALI DIHINAKAN."

Bunda Maria kemudian pergi ke pohon oak sebagai tanda penampakan berakhir. Awan hitam yang tadinya bagaikan gorden hitam menyingkir ke samping memberi jalan matahari untuk bersinar. Kemudian matahari mulai berputar, gemerlapan berwarna-warni, berhenti sejenak dan mulai berputar-putar menuju bumi. Orang banyak jatuh berlutut dan memohon ampun. Sementara fenomena matahari terjadi, ketiga anak melihat suatu tablo Keluarga Kudus di langit. Di sebelah kanan tampak Ratu Rosario. Di sebelah kirinya St. Yosef menggandeng tangan Kanak-kanak Yesus dan membuat tanda salib tiga kali bagi umatnya. Menyusul visiun yang hanya tampak oleh Lucia seorang diri: Bunda Dukacita bersama Tuhan berdiri di sampingnya dan Bunda Maria dari Gunung Karmel dengan Kanak-kanak Yesus di pangkuannya.

Matahari meluncur seolah-olah akan menimpa orang banyak, tiba-tiba ia berhenti dan naik kembali ke tempatnya semula di langit. 70,000 orang yang berkerumun di Cova itu menyadari bahwa pakaian mereka yang tadinya basah kuyub oleh hujan lebat, tiba-tiba menjadi kering. Demikian pula tanah yang tadinya becek dan berlumpur akibat hujan tiba-tiba menjadi kering. Mukjizat matahari selama 15 menit itu disaksikan bukan hanya oleh orang-orang di Cova da Iria saja, tetapi juga oleh banyak orang di sekitar wilayah itu sampai sejauh 30 mil.

_____________________________________________

(Pesan Bunda Maria Fatima kepada Lucia, tanggal 1 Mei 1987)

"Setiap orang, mulai dari dirinya sendiri, harus berdoa rosario dengan lebih khidmat......
dan benar-benar mempraktekkan yang kuanjurkan yaitu devosi Sabtu Pertama setiap bulan."

_____________________________________________







sumber : 1. Maria dari Fatima, Rm Petrus Pavlicek OFM - Wina; 2. AVE MARIA No. 10 September 1997; diterbitkan oleh Marian Centre Indonesia

Disarikan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya

Minggu, 07 Mei 2017

Mengenal Warna Liturgi dalam Gereja Katolik




Warna-warna Liturgi adalah salah satu bentuk simbol atau lambang yang digunakan di dalam ibadah Kristiani. Fungsi warna dalam liturgi adalah sebagai tanda peristiwa gerejawi.

Warna ini dapat digunakan pada aksesoris pakaian liturgi imam maupun paduan suara yang mengiringi, stola ataupun taplak altar. Altar menjadi tempat untuk meletakkan bejana-bejana perjamuan. Tata warna yang digunakan didasarkan pada Paus Pius V tahun 1570 dan ditetapkan dalam Ordo Missae oleh Paus Pius VI pada tahun 1969.


Empat warna dasar yang digunakan dalam tata warna liturgi yaitu: hijau, ungu, putih (kuning), dan merah.

a. Warna Hijau digunakan pada : Masa Biasa

Pada umumnya, warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan, dan manusiawi. Warna hijau juga dikaitkan dengan musim semi, di mana suasana alam didominasi warna hijau yang memberi suasana pengharapan. Warna hijau pada khususnya dipandang sebagai warna kontemplatif dan tenang.

Karena warna hijau melambangkan keheningan, kontemplatif, ketenangan, kesegaran, dan harapan, warna ini dipilih untuk masa biasa dalam liturgi sepanjang tahun kecuali jika ada hari raya khusus.

Dalam masa biasa itu, orang Kristiani menghayati hidup rutinnya dengan penuh ketenangan, kontemplatif terhadap karya dan sabda Allah melalui hidup sehari-hari, sambil menjalani hidup dengan penuh harapan akan kasih Allah.

b. Warna Ungu digunakan pada : Adven, Prapaskah, Pada saat misa requiem atau misa arwah

Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati, dan mawas diri. Itulah sebabnya warna ungu dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah sebab pada masa itu semua orang Kristiani diundang untuk bertobat, mawas diri, dan mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal ataupun Paskah. Warna itu juga digunakan untuk keperluan ibadat tobat.

Pada umumnya, liturgi arwah menggunakan warna ungu sebagai ganti warna hitam. Dalam liturgi arwah itu, warna ungu itu melambangkan penyerahan diri, pertobatan, dan permohonan belaskasihan dan kerahiman Tuhan atas diri orang yang meninggal dunia dan kita semua sebagai umat beriman.

c. Warna Putih/kuning digunakan pada : Natal, Kamis Putih, Paskah, Minggu Trinitas, Kristus Raja, Baptisan dan Peneguhan sidi, Penahbisan, Peneguhan, Pernikahan

Warna putih dikaitkan dengan makna kehidupan baru, sebagaimana dalam liturgi baptisan si baptisan baru biasa mengenakan pakaian putih.

Warna putih umumnya dipandang sebagai simbol kemurnian, ketidaksalahan, terang yang tak terpadamkan dan kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurnian mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurniaan sempurna, kejayaan yang penuh kemenangan, dan kemuliaan abadi. Dalam arti ini pula mengapa seorang paus mengenkan jubah, single dan solideo putih.

Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna mencolok sebagai bentuk lebih kuat dari makna kemuliaan dan keabadian, sebagaimana dipancarkan oleh warna emas. Dalam liturgi, warna putih dan kuning digunakan menurut arti simbolisasi yang sama, yakni makana kejayaan abadi, kemuliaan kekal, kemurnian, dan kebenaran. Itulah sebabnya warna putih dan kuning bisa digunakan bersama-sama atau salah satu.

Warna putih atau kuning dipakai untuk masa Paskah dan Natal, hari-hari raya, pesta dan peringatan Tuhan Yesus, kecuali peringatan sengsara-Nya. Begitu pula warna putih dan kuning digunakan pada hari raya, pesta dan peringatan Santa Perawan Maria, para malaikat, para kudus bukan martir, pada hari raya semua orang kudus (1 November), Santo Yohanes Pembaptis (24 Juni), pada pesta Santo Yohanes pengarang Injil (27 Desember), Takhta Santo Petrus Rasul (22 Februari), dan Bertobatnya Paulus Rasul (25 Januari)

d. Warna Merah digunakan pada : Adven minggu ketiga, Minggu Palem, Kenaikan, Pentakosta, Hari Raya Para Martir

Warna merah merupakan warna api dan darah. Maka, warna merah ini amat dihubungkan dengan penumpahan darah para martir sebagai saksi-saksi iman, sebagaimana Tuhan Yesus Kristus sendiri menumpahkan darah-Nya bagi kehidupan dunia.

Dalam tradisi Romawi kuno, warna merah merupakan simbol kuasa tertinggi, sehingga warna itu digunakan oleh bangsawan tinggi, terutama kaisar. Apabila para kardinal memakai warna merah untuk jubah, singel, dan solideonya, maka itu dimaksudkan agar para kardinal menyatakan kesiapsediaannya untuk mengikuti teladan para martir yang mati demi iman.

Dalam liturgi warna merah dipakai untuk hari Minggu Palma, Jumat Agung, Minggu Pentakosta, dalam perayaan perayaan sengsara Kristus, pada pesta para rasul dan pengarang Injil, dan dalam perayaan-perayaan para martir.



OLEH: RD. SILVESTER ASAN MARLIN
Sumber : parokikatedralmedan.com

Senin, 01 Mei 2017

Kalender Liturgi Mei 2017




Senin, 1 Mei 2017
St. Yusuf Pekerja
Kis. 6:8-15; Mzm. 119:23-24,26-27,29-30; Yoh. 6:22-29
BcO Why 7:1-17
warna liturgi Putih
 
Selasa, 2 Mei 2017
Peringatan Wajib St. Atanasius
Kis. 7:51 - 8:1a; Mzm. 31:3cd-4,6ab,7b,8a,17,21ab; Yoh. 6:30-35
BcO Why 8:1-13
warna liturgi Putih
 
Rabu, 3 Mei 2017
Pesta St. Filipus dan Yakobus, Rasul
1Kor. 15:1-8; Mzm. 19:2-3,4-5; Yoh. 14:6-14
BcO Kis5:12-32 atau 1Kor 1:17-2:5
warna liturgi merah
 
Kamis, 4 Mei 2017
Yosef Maria Rubio, Peregrinus Laziosi
Kis. 8:26-40; Mzm. 66:8-9,16-17,20; Yoh. 6:44-51
BcO Why 9:13-21
warna liturgi Putih
 
Jumat, 5 Mei 2017
Vinsen Soler, Angelus
Kis. 9:1-20; Mzm. 117:1,2; Yoh. 6:52-59
BcO Why 10:1-11
warna liturgi Putih
 
Sabtu, 6 Mei 2017
Dominikus Savio, Ana Rosa Gattorno
Kis. 9:31-42; Mzm. 116:12-13,14-15,16-17; Yoh. 6:60-69
BcO Why 11:1-19
warna liturgi Putih

Minggu, 7 Mei 2017
HARI MINGGU PASKAH IV
Hari Minggu Panggilan
Kis. 2:14a,36-41; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; 1Ptr. 2:20b-25; Yoh. 10:1-10
BcO Why 12:1-17
warna liturgi Putih
 
Senin, 8 Mei 2017
Aloisius Rabata, Yeremias dari Salakhia, Magdalena dari Kanossa
Kis. 11:1-18; Mzm. 42:2-3; 43:3,4; Yoh. 10:11-18
BcO Why 13:1-18
warna liturgi Putih
 
Selasa, 9 Mei 2017
Gregorius Preca, Katarina dari Bologna
Kis. 11:19-26; Mzm. 87:1-3,4-5,6-7; Yoh. 10:22-30
BcO Why 14:1-13
warna liturgi Putih
 
Rabu, 10 Mei 2017
Antonius dr Florence, Damianus de Veuster
Kis. 12:24-13:5a; Mzm. 67:2-3,5,6,8; Yoh. 12:44-50
BcO Why 14:14-15:4
warna liturgi Putih
 
Kamis, 11 Mei 2017
Ignatius dari Laconi, Benincasa
Kis. 13:13-25; Mzm. 89:2-3,21-22,25,27; Yoh. 13:16-20
BcO Why 15:5-16:21
warna liturgi Putih
 
Jumat, 12 Mei 2017
Nereus dan Akhilleus, Pankrasus, William Tirri, Leopoldus Mandic, Margaretha Bloching, Fransiskus dari Siena
Kis. 13:26-33; Mzm. 2:6-7,8-9,10-11; Yoh. 14:1-6
BcO Why 17:1-18
warna liturgi Putih
 
Sabtu, 13 Mei 2017
Maria Dominika Mazzarello
Kis. 13:44-52; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; Yoh. 14:7-14
BcO Why 18:1-20
warna liturgi Putih

Minggu, 14 Mei 2017
HARI MINGGU PASKAH V
Kis. 6:1-7; Mzm. 33:1-2,4-5,18-19; 1Ptr. 2:4-9; Yoh. 14:1-12
BcO Why 18:21-19:10
warna liturgi Putih
 
Senin, 15 Mei 2017
Pakomius
Kis. 14:5-18; Mzm. 115:1-2,3-4,15-16; Yoh. 14:21-26
BcO Why 19:11-21
warna liturgi Putih
 
Selasa, 16 Mei 2017
Gemma Galgani, Alosius Orione, Alipis dan Possidius, Simon Stock, Margaretha dari Cortona, Andreas Babola
Kis. 14:19-28; Mzm. 145:10-11,12-13ab,21; Yoh. 14:27-31a
BcO Why 20:1-15
warna liturgi Putih
 
Rabu, 17 Mei 2017
Paskalis Baylon
Kis. 15:1-6; Mzm. 122:1-2,3-4a,4b-5; Yoh. 15:1-8
BcO Why 21:1-8
warna liturgi Putih
 
Kamis, 18 Mei 2017
Paus Yohanes I, Leonardus Murialdo, Willem Toulouse, Feliks dari Cantalice
Kis. 15:7-21; Mzm. 96:1-2a,2b-3,10; Yoh. 15:9-11
BcO Why 21:8-27
warna liturgi Putih
 
Jumat, 19 Mei 2017
Klemens dari Osimo, Agustinus Tarano, Krispinus dari Viterbo
Kis. 15:22-31; Mzm. 57:8-9,10-12; Yoh. 15:12-17
BcO Why 22:1-9
warna liturgi Putih
 
Sabtu, 20 Mei 2017
Bernardinus dari Siena
Kis. 16:1-10; Mzm. 100:1-2,3,5; Yoh. 15:18-21
BcO Why 22:10-21
warna liturgi Putih

Minggu, 21 Mei 2017
HARI MINGGU PASKAH VI
Kis. 8:5-8,14-17; Mzm. 66:1-3a,4-5,6-7a,16,20; 1Ptr. 3:15-18; Yoh. 14:15-21
BcO 1Yoh 1:1-10
warna liturgi Putih
 
Senin, 22 Mei 2017
Rita dari Cascia, Yoachina de Vedruna de Mas
Kis. 16:11-15; Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b; Yoh. 15:26 - 16:4a
BcO 1Yoh 2:1-11
warna liturgi Putih
 
Selasa, 23 Mei 2017
Yohana Antida Thouret
Kis. 16:22-34; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8; Yoh. 16:5-11
BcO 1Yoh 2:12-17
warna liturgi Putih
 
Rabu, 24 Mei 2017
Hari biasa Pekan VI Paskah
Kis. 17:15,22-18:1; Mzm. 148:1-2,11-12ab,12c-14a,14bcd; Yoh. 16:12-15
BcO 1Yoh 2:18-29
warna liturgi Putih
 
Kamis, 25 Mei 2017
HARI RAYA KENAIKAN TUHAN
Kis 1:1-11, Mzm 47:2-3,6-7,8-9; Ef 1:17-23; Mat 28:16-20
BcO Ef4:1-24
warna liturgi Putih
 
Jumat, 26 Mei 2017
Peringatan Wajib St. Filipus Neri
Kis. 18:9-18; Mzm. 47:2-3,4-5,6-7; Yoh. 16:20-23a
BcO 1Yoh 3:1-10
warna liturgi Putih
 
Sabtu, 27 Mei 2017
Agustinus dari Canterbury
Kis. 18:23-28; Mzm. 47:2-3,8-9,10; Yoh. 16:23b-28
BcO 1Yoh 3:11-17
warna liturgi Putih

Minggu, 28 Mei 2017
HARI MINGGU PASKAH VII, Hari Minggu Komunikasi Sedunia
Kis. 1:12-14; Mzm. 27:1,4,7-8a; 1Ptr. 4:13-16; Yoh. 17:1-11a
BcO 1Yoh 3:18-24
warna liturgi Putih
 
Senin, 29 Mei 2017
Maria Ana dari Paredes, Yosef Gerard
Kis. 19:1-8; Mzm. 68:2-3,4-5ac,6-7ab; Yoh. 16:29-33
BcO 1Yoh 4:1-10
warna liturgi Putih
 
Selasa, 30 Mei 2017
Marta Wiecka, Baptista Varani, Yakobus Filipus Bertonious
Kis. 20:17-27; Mzm. 68:10-11,20-21; Yoh. 17:1-11a
BcO 1Yoh 4:11-21
warna liturgi Putih
 
Rabu, 31 Mei 2017
Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet
Zef. 3:14-18a atau Rm. 12:9-16b; MT Yes. 12:2-3,4-bcd,5-6; Luk. 1:39-56
BcO kid 2:8-14; 8:6-7
warna liturgi Putih



Sumber : http://misa.lagu-gereja.com/index.php?ipage=2709