Senin, 30 Maret 2015

Minggu Palma

MAKNA MINGGU PALMA : Dalam Injil, kata "daun-daun palem" hanya dikatakan dalam Injil Yohanes (12:13). Injil-injil lain sama sekali tidak menyebut "daun-daun palem". Injil Matius menyebut "ranting-ranting dari pohon-pohon" (Mat 21:8), Injil Markus menyebut "ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang" (Mrk 11:8), dan Injil Lukas sama sekali tidak menyebut ranting. Tetapi ketiga Injil tersebut menyebutkan tentang "menghamparkan pakaian". Dari Injil Yohanes inilah lahir nama Minggu Palma.




Nama Minggu Palma digunakan karena menunjukkan makna peristiwa yang terjadi pada saat Yesus dielu-elukan di Yerusalem. Dalam tradisi Yahudi, daun-daun palem merupakan lambang kemenangan (Why 7:9; bdk Im 23:40). Menghamparkan daun palem (dan ranting serta pakaian) di jalan Yesus melambangkan harapan masyarakat Israel waktu itu bahwa Yesus akan menjadi Mesias bangsa Israel yang membawa kemenangan dan pembebasan. Pandangan atas Yesus ini sesuai dengan Za 9:9, yang menafsirkan kedatangan Mesias sebagai Raja dengan menunggang keledai dan membawa damai dan kemenangan. Tanda profetis Yesus sebagai Mesias ini ditunjukkan oleh penggunaan daun palem dan fakta bahwa Yesus, setelah tiba di Yerusalem, langsung mengunjungi Bait Allah. Palem dan kunjungan Bait Allah digambarkan juga dalam 1 Mak 13:51. Karena itulah, orang banyak melontarkan seruan mesianis kepada Yesus : "Diberkatilah Dia yang datang atas nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" (Mat 21:9; bdk Mzm 118:26). Perlu diketahui juga bahwa harapan banyak orang Yahudi tersebut lebih bersifat politis dan militer. Jadi, peristiwa Minggu Palma ini menunjukkan harapan banyak orang di Yerusalem bahwa Yesus akan memimpin kebangkitan bangsa dan membawa kepada pembebasan politis dan militer. Mereka mengelu-elukan dan mencintai Yesus karena apa yang mereka harapkan dari Yesus, bukan karena menerima Yesus apa adanya dan mendengarkan serta menerima ajaran-Nya. Mereka tidak mengerti misi Yesus dan memaksakan pengertian dan harapan mereka sendiri kepada Yesus. Oleh karena itu sebenarnya Yesus sudah menyampaikan pesan-Nya kepada orang banyak di Yerusalem itu, yaitu dengan menunggang keledai (Za 9:9). Dalam tradisi Timur, keledai dipandang sebagai binatang damai, yang dilawankan dengan kuda sebagai binatang perang. Maka dikatakan bahwa raja yang datang dengan menunggang kuda ketika dia berangkat ke medan perang. Sedangkan raja menunggang keledai ketika ia ingin menunjukkan bahwa ia datang membawa damai. Jadi, kedatangan Yesus yang menunggang keledai jelas-jelas menunjukkan pesan perdamaian. Ajaran perdamaian ini sangat kuat dalam seluruh ajaran Yesus. Namun ajaran Yesus ini jelas tidak ditangkap oleh orang banyak di Yerusalem. (PS)

Sabtu, 21 Maret 2015

Masa Pra Paskah



Masa Prapaskah merupakan suatu tradisi dalam Gereja Katolik untuk mempersiapkan diri menyambut Hari Raya Paskah. Apakah Masa Prapaskah ditetapkan oleh Tuhan Yesus sendiri? Jawabannya adalah tentu tidak. Namun demikian, sebagai umat Katolik kita mengimani bahwa Gereja Katolik yang dilembagakan oleh Kristus sendiri, berhak untuk menetapkan segala sesuatu yang bertujuan untuk membangun iman umatnya. Gereja Katolik bagaikan ibu kita yang menyediakan segala fasilitas yang diperlukan bagi anaknya untuk menjalani hidup yang  utuh dan bahagia.

Masa Prapaskah berawal dari (t)radisi mempersiapkan katekumen (calon baptis) yang hendak menerima Sakramen Baptis pada Malam Paskah. Pada zaman dahulu, penerimaan Sakramen Baptis hanya dilangsungkan pada Malam Paskah, mengingat hubungan yang erat antara sakramen ini  dengan Paskah Kristus. Orang yang menerima Sakramen Baptis, dikuburkan bersama Kristus dan bangkit kembali untuk menerima hidup baru.  Seiring berjalannya waktu, periode persiapan bagi katekumen ini berkembang menjadi suatu periode mati raga/mortifikasi (penyangkalan diri) selama 40 hari yang di dalamnya termasuk Tri Hari Suci. Perlu dijernihkan di sini bahwa "Tri Hari Suci berlangsung mulai Misa Perjamuan Tuhan sampai Ibadat Sore Minggu Paskah" (DIREKTORIUM TENTANG KESALEHAN UMAT DAN LITURGI No.140). Ibadat Sore yang dimaksud di sini adalah Ibadat Harian dari buku Brevir. Jadi, Tri Hari Suci terdiri dari Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci. Adapun Misa Malam Paskah sudah tidak termasuk ke dalam Masa Prapaskah, melainkan peralihan ke Hari Raya Paskah. Namun demikian,  umat yang menghadiri Misa Malam Paskah sudah memenuhi kewajiban menghadiri Misa Hari Raya (Minggu) Paskah, walaupun tetap dianjurkan untuk menghadiri Misa Hari Raya (Minggu) Paskah.

Pantang dan puasa di luar hari Rabu Abu dan Jumat Agung dapat kita lakukan setiap hari selama Masa Prapaskah, KECUALI pada hari Minggu (karena kita SELALU merayakan hari Minggu sebagai HARI RAYA dan pangkal segala pesta, walaupun hari-hari Minggu Prapaskah tetap bernuansa pertobatan).  Mengapa Masa Prapaskah terdiri dari periode 40 hari? Angka “40” dalam Kitab Suci muncul dalam berbagai peristiwa. Musa berada di Gunung Sinai selama 40 hari 40 malam, Elia melakukan menempuh perjalanan ke Gunung Horeb selama 40 hari 40 malam, dan Yesus sendiri berpuasa 40 hari 40 malam. Inti dari semua peristiwa itu sama. Ada suatu “perjalanan rohani” dalam periode tersebut. Hal ini tepat sejalan dengan dokumen gerejawi  LITTERÆ CIRCULARES DE FESTIS PASCHALIBUS PRÆPARANDIS ET CELEBRANDIS atau PERAYAAN PASKAH DAN PERSIAPANNYA (PPP) No. 6 dikatakan bahwa “Masa Prapaskah tahunan adalah masa rahmat, karena kita mendaki Gunung Suci Hari Raya Paskah”. Maka dari itu, Masa Prapaskah tepat sekali kita manfaatkan untuk “menjadi manusia yang lebih baik”.
Berkah Dalem

Rabu, 18 Maret 2015

Kepengurusan Lingkungan Griya Pesona

Lingkungan griya pesona berada di wilayah St Paskalis Klari, Paroki Kristus Raja Karawang.

Sebelumnya umat griya bergabung jd satu dng lingkungan terangsari, karna smakin bertambahnya umat maka oleh Paroki Kristus Raja Karawang diadakan pemekaran lingkungan.Tujuan pemekaran ini untuk semakin meningkatkan pelayanan kepda umat. Adapun jmlh KK lingk. Griya yg sdh terdaftar hingga maret 2015 sebanyak 30KK yg tersebar diperumahan de griya hingga perumahan kandiwa. Lingkungan griya pesona diresmikan tgl 18 januari 2015, ditandai  dengan misa pelantikan pengurus yang dipimpin oleh pastor Baru Alamsyah ,OSC. Tgl pelantikan pengurus dijadikan sbg Hari Ulang Tahun Lingkungan Griya Pesona.


Susunan kepengurusan sbb :
Ketua             :   Antonius Sarwanto
Sekretaris      :   Paulus Widiatmoko
Bendahara     :   Cicilia Rasmiyati
Seksi~seksi  :
         A. Liturgi   : 1.  Antonius Paino
                              2.  Bernadus Sigit
                              3.  Petrus Sinaga
                              4.  Victor Triadi
     
         B. Humas :  1. Daniel Wawan
                               2. Aloysius Widioko

         C. Sosial   :  1. Magdalena Sri Mining
                               2. Agnes Linggar Novitasari

Untuk menunjang kegiatan lingkungan, diadakan iuran bulanan yg besarnya sbb:
1.  Dana Kas          :  Rp. 9000
2. Dana Kematian :  Rp. 6000
3. Dana Terpadu   :  Rp. 5000
Total iuran per bln sebesar Rp 20.000
Nb  : untuk pembayaran awal dana kematian sebesar Rp 100.000

Kegiatan yg dilaksanakan :
1. Latihan Koor tiap hari minggu dan rabu gabung dng terangsari
2. Pertemuan APP, masa prapaskah
3. Doa Rosario, bulan mei dan oktober
4. Pertemuan bulan kitab suci, bulan september
5. Pertemuan Adven, bln desember
6. Pertemuan doa bulanan, yg rencananya sekalian akan diadakan arisan keluarga

Demikian sedikit mengenai lingkungan, semoga Tuhan selalu membimbing langkah kita dan berkatNya selalu menyertai kt. Amin